Sabtu, 29 Desember 2012

Kabar Makassar Mengenai Keadaan Gizi Masyarakat

Prevalensi Malnutrisi di Indonesia Tinggi

Makassar, KM – Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai rumah sakit diIndonesia, prevalensi malnutrisi masih tergolong tinggi. Di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta berdasarkan penelitian tahun 2005 mencatat prevalensi malnutrisi sebesar 40%-60% pasien digestif menderita malnutrisi.
Guru Besar Gizi Klinik Unhas Prof.Dr.dr.Nurpudji Astuti Taslim, MPH, Sp.GK Kamis (9/2) mengatakan, pada laporan hasil penelitian lain yang dilaksanakan pada tahun 2007, menggunakan parameter Subjective Global Assesment (SGA), suatu metode survei tepat untuk melihat risiko pasien menderita malnutrisi selama perawatan, Indeks Massa Tubuh (IMT), hemoglobin, hematokrit dan albumin ditemukan prevalensi sebesar 52%, 15%, 55%, 26%, dan 93%.
“Penelitian lainnya di Rumah Sakit Gatotsubroto (2007) dan Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (2008) masing-masing ditemukan data 41,42% dan 68% pasien malnutrisi,” ujar Prof.Nurpudji Astuti Taslim.
Menurut dia, tingginya angka malnutrisi di rumah sakit tentu saja harus disikapi secara cepat dan tepat mengingat dampak negatif yang ditimbulkan. Dukungan terapi gizi yang adekuat menjadi mutlak perlu.
“Namun sayangnya, tidak banyak rumah sakit yang memiliki tim terapi gizi. Data yang diperlihatkan itu menjadi indikasi pentingnya membekali tenaga medis, khususnya dokter dengan keterampilan melakukan skrining dan terapi gizi yang diperlukan oleh pasien,” Nurpudji Taslim menambahkan.
Terapi gizi, sebut aktivis mahasiswa Unhas 70-an ini, tidak hanya sebatas penyediaan makanan bagi pasien, yang pada kenyataannya seringkali tidak dapat dikonsumsi pasien tersebut karena berbagai sebab, namun mencakup berbagai intervensi yang dapat mengatasi masalah akibat buruknya saluran cairan cerna atau komplikasi lainnya.
Nurpudji mengatakan, perkembangan ilmu gizi klinis yang sangat besar akhir-akhir ini, telah menempatkan gizi dalam arus utama terapi pasien di rumah sakit, sehingga dukungan terapi gizi sudah sepatutnya juga menjadi perhatian penentu kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, agar pelayanan medis yang diterima masyarakat menjadi paripurna dan dapat meringankan sistem pembiayaan kesehatan pemerintah
daerah melalui berkurangnya waktu rawat pasien.
Sehubungan dengan masalah gizi ini, Nurpudji menjelaskan, Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Pusat bekerja sama dengan PDGKI Cabang Sulawesi Selatan dan Staf Medik Fungsional (SMF) Ilmu Gizi Klinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin menggelar simposium bertaraf internasional 2 dan 3 Maret 2012 di Hotel Grand Clarion Makassar. Acara yang bertajuk On The First Makassar Annual Meeting on Clinical Nutrition Comprehensive Management of Nutritional Care in Clinik Setting itu akan dibuka Wakil Menteri Kesehatan Prof.dr.Ali Gufron Mukti, M.Sc.,Ph.D.
Wamenkes selain membuka pertemuan internasional itu, juga akan menjadi pembicara kunci (keynote speaker) membahas “Peran Pemerintah
dalam Mengatasi Malnutrisi di Rumah Sakit”. Oleh sebab itu, diharapkan acara ini dapat dihadiri oleh para kepala dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, Barat, Tengah, dan Tenggara, para direktur rumah sakit daerah, dokter dengan berbagai latarbelakang spesialisasi, praktizi gizi komunitas, dan mahasiswa yang kelak menjadi garda terdepan dalam menanggulangi masalah gizi di rumah sakit dan masyarakat.
“Pada akhir simposium para peserta akan memperoleh penjelasan yang komprehensif mengenai penatalaksanaan terbaru masalah gizi di rumah sakit serta sistem pembiayaan dan pelayanan terpadu pasien di rumah sakit yang pada akhirnya dapat menurunkan lama rawat inap, operational cost (biaya operasional) rumah sakit serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak keluarga pasien,” papar Nurpudji Taslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar